Edisi blog kali ini kayanya lebih pas jika saya angkat kisah Bu Sumi yang mengajarkan kita tentang "PERENCANAAN QURBAN"....
Insya Allah Di Edisi berikutnya akan saya bahas satu per satu Slide
yang jadi pemanis tulisan Copy Paste..ini..agar Strategi
PeternakanSaKaDo dalam Membantu Kesempurnaan Ibadah dengan Qurban Terbaik sebagai TrendSetter Kaum Muslim MiddleClass bisa terwujud..
==========================================================
KISAH PEQURBAN BU SUMI...
Oleh: Jaya Saputra
Kisah ini terjadi sekitar tahun 1995, sudah cukup lama memang, namun setiap ingin memasuki Idul Adha saya selalu teringat dengan kejadian yang pernah saya alami ini, dan sampai saat ini saya tidak pernah melupakannya. Awalnya saat saya sedang menjajakan dagangan untuk qurban bersama rekan-rekan yang berjumlah empat orang waktu itu, kami mengeluh karena sudah 3 hari berdagang baru 6 ekor yang terjual.
Tidak seperti tahun sebelumnya, biasanya
sudah puluhan ekor laku terjual. Padahal hari raya tinggal 2 hari lagi,
sehingga kamipun gelisah waktu itu. Ketika sedang berbincang-bincang,
salah seorang teman mengajak saya untuk sholat ashar dahulu di masjid
dekat kami jualan. Setelah selesai sholat, seperti biasa saya melakukan
zikir dan doa. Untuk saat itu doa saya fokuskan untuk dagangan saya,
agar Allah memberikan kemudahan agar dagangan saya dapat laku ataupun
habis terjual. Setelah selesai sholat saya dan rekan kembali bergegas ke
tempat kami jualan. Selanjutnya tampak ada tanda-tanda jualan kami laku
sebab dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak sekali
orang dan terlihat teman kami yang berada disana sibuk melayani calon
pembeli. Akhirnya saya dan rekan berlari agar dapat membantu teman kami
melayani calon pembeli. Alhamdulillah pada saat itu sudah ada yang
membeli beberapa ekor kambing. “Terima kasih Ya Robb, Engkau telah
mendengar dan menjawab doa kami,"Syukur saya dalam hati.
Namun
setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat ada
seorang ibu-ibu sedang memperhatikan dagangan kami, seingat saya ibu ini
sudah lama berada disitu. Pada saat kami sedang sibuk, ibu ini sudah
ada namun hanya memperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya
“Ibu itu mau beli ya?" Dari tadi liatin dagangan terus, emang gak
ditawarin kah ? Sepertinya cuma lihat-lihat saja, mungkin lagi nunggu
bus kali. Jawaban teman saya itu begitu singkatnya. Sebab kalau dilihat
dari pakaiannya sepertinya ibu ini gak akan beli kambing karena ibu
tersebut berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan
kanannya. JIka dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin
berqurban.
Namun saya coba hampiri ibu tersebut dan saya coba menawarkan. “Silahkan bu dipilih hewannya, ada niat untuk qurban ya bu?" Tanpa menjawab pertanyaan saya, ibu itu langsung menunjuk, “Kalau yang itu berapa bang?” Ibu itu menunjuk hewan yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang itu harganya Rp 600 ribu bu, jawab saya. Harga pasnya berapa bang? Gak usah tawar lagi ya bu? Rp 500 ribu deh kalau ibu mau. Fikir saya memang dari harga segitu keuntungan saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. “Uang saya cuma ada 450 ribu, boleh gak?” Waduh saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. “Biarlah mungkin ini jalan pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari penampilannya sepertinya bukan orang mampu, kasihan hitung-hitung kita membantu niat ibu itu untuk berqurban." Kamipun berempat sepakat. “Tapi bawa sendiri ya?” Akhirnya si ibu tadi bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia yang bayar sesampai dirumahnya. Setelah saya dikasih tahu alamat rumah ibu itu, ia langsung pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat.
Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallah, Astaghfirullaah, Allahu Akbar, merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya ketika melihat keadaan rumahnya. Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu orang anaknya di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari kawat. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh. Di atas dipan sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam kondisi sakit.
“Mak bangun mak, nih liat Sumi bawa apa?” (Ibu itu ternyata bernama
ibu Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar. “Ini ibu
saya bang,” ibu itu mengenalkan orang tuanya kepada saya. Mak, Sumi udah
beliin kambing buat emak untuk qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak.
Orang tua itu kaget namun dari wajahnya terlihat senang dan bahagia,
sambil mengelus-elus kambing, orang tua itu berucap, Allahu Akbar,
Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga emak qurban.
“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya
hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau
saya niatkan buat qurban ibu saya. Aduh gusti ampuni dosa hambamu,
hamba malu berhadapan dengan hambamu yang satu ini. Hambamu yang miskin
harta ini tapi dia kaya iman. Seperti bergetar bumi ini setelah
mendengan niat dari ibu ini. Rasanya saya sudah tidak sanggup lagi
berlama-lama berada disitu. Saya langsung pamit meninggalkan kebahagiaan
penuh keimanan mereka bertiga. “Bang nih ongkos bajajnya!" panggil si
Ibu, “Sudah bu cukup, biar ongkos bajaj saya yang bayar. Saya cepat
pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah, karena tak
sanggup mendapat teguran dari Allah SWT yang sudah mempertemukan saya
dengan hambanya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
================================================
subhanallah...
BalasHapus