Rabu, 19 September 2012

Blajar Ilmu "Fiqh Kontemporer" Dalam Menanam Jabon ...Skema "Franchise" vs Skema "KKP-nya GeraiDinar"


" Makanan, energi dan air atau disingkat FEW (Food, Energy and Water) adalah tiga kebutuhan dasar manusia yang semakin langka ketersediaannya. Disisi lain sarana untuk membelinya yaitu uang Anda, juga barang langka yang tidak mudah Anda peroleh. Bila keduanya (FEW dan Uang Anda) dibiarkan terpisah seperti selama ini, maka kebutuhan manusia yang langka itu akan semakin langka... @KKP_Geraidinar".
Saya baru mulai merasakan bahwa yang namanya SEKTOR REAL itu memang bisa menstimulus otak agar terus berputar putar,...Kenapa? karena ternyata orang-orang yang terlibat di dalamnya selalu dihantui KETIDAK-PASTIAN.. jadinya mereka akan selalu berupaya mencari "Back-Up" suatu usaha yang bisa dijadikan sandaran jika lini usaha yang lain "mamfet..". Itu kali cikal bakal kenapa orang sampai bisa jadi konglomerat karena unsur KETIDAKPASTIAN nya bisa dia kelola menjadi sesuatu yang  berkembang Ruuaaar biasa...

Bagaimana kita selalu bisa meng-CREATE ZONA TIDAK NYAMAN, ternyata menjadi sesuatu yang penting, agar kita bisa bergerak terus menerus "nyoba ini nyoba itu" kesana kemari...disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada..  agar bisa senantiasa HIT & RUN dalam berkarya..


1 Orang Penakut + 1 Orang Penakut = 2 Orang Pemberani..


Bulan September 2012 ini, genap 1,5 thn lebih saya berperan jadi COLUMBUS di desa Babakan Asem.. menemukan HARTA TERPENDAM atas potensi saudara-saudara kita di Desa, dibawah komando Bpk Kosim Ahmadi SP, yang ternyata bisa "menciptakan  sesuatu" dengan TAGLINE SaKaDo_Academy @PeternakanSaKaDo.

Tentu keberhasilan orang semacam pa Kosim ini bukanlah ujug-ujug muncul.... namun ibarat atlet olahraga, latihan dan tempaan dari perjalanan hidupnya  lah yang bisa menjadikan terwujudnya PeternakanSaKaDo menjadi "sesuatu"...

Perkenalan saya dengan pa Kosim sebetulnya berawal dari per-Jabonan dengan nebeng berkebun ditanah mertua di Cileunyi Bandung. Dengan background beliau sebagai sarjana pertanian, urusan pepohonan tentu bukan hal baru, sehingga sudah saatnya saya pun "Kembali ke Khittah" menengok kebun Jabon di desa yang tidak pernah di tengok akibat terjerumus ngurus kandang..


Terlebih lagi dengan mimpi-mimpi di kepala untuk segera "PINDAH QUADRAN" dengan proyek pemberdayaan warga di bidang "PERTANIAN TERPADU", mumpung bentar lagi musim hujan menjelang.. konsep-konsep sawah organik, tumpang sari kebun jabon, penanaman rumput gajah, ujicoba Alfafa dll harus mulai disentuh-sentuh lagi agar ide nya ga keburu hanyut kebawa air hujan..


Terkait dengan konsep "Perkebunan Terpadu" ini, ada 2 model platform yang cukup menarik perhatian saya dimana keduanya mempunyai dampak positif dalam upaya mengeksplorasi lahan-lahan tidur yang belum diberdayakan, masing-masing tentu punya plus minus nya tergantung dari selera kita dalam ber-investasi dibidang agro ini..

" www.investasijabon.com : . Mari bergabung bersama kami dengan modal investasi hanya Rp.140.000,-/pohon dan dalam 7 tahun nilai investasi anda akan menjadi Rp.2.000.000,-/pohon... "
Model yang Pertama adalah model Investasi Paket Menanam Pohon Kayu Kultur Jaringan, baik Paket menanam Sengon, Jabon, Jati Super, Karet, Sawit dll. Dalam Platform model pertama ini, maka status kita kadang hanya lah sebatas jadi investor pasif, tidak terlibat dalam lifeskill berkebun, dan mungkin sebatas mempunyai HAK TEBANG atas sejumlah pohon yang disepakati...  jadi dalam "model franchise berkebun" tersebut kita sama sekali tidak akan mendapatkan margin dari kenaikan harga lahan produktif tsb, karena status kita hanya "numpang menanam pohon" di lahan milik perusahaan investasi kebun tsb. Dalam model ini, akad kita hanyalah menunggu proses PEMBESARAN POHON tsb sampai jangka waktu siap panen ditebang, misalnya setelah 5 atau 7 tahun.



 Kalo saya sih, jika punya uang Rp34jt seperti ilustrasi diatas.. mendingan minta bantuan konco saya di kandang.. minimal dengan duit segitu saya bisa dapat lahan 1000-2000m Ber-SHM di desa buat di tanamin pohon jabon sendiri... tanahnya milik sendiri ber-SHM.. pohon nya milik sendiri juga, tanahnya bisa bikin pesantren sendiri dll, atau pohonnya ditebang bisa buat bikin kandang lagi...

Cermati dengan Seksama... apakah dengan asumsi perhitungan itu kita menajdi pemilik lahan ataukah cuma numpang ngebon di tanah orang ???

Ada juga sebenarnya perusahaan investasi paket menanam pohon tersebut menawarkan kepemilikian atas lahan tempat menanam pohon tersebut.. kasarnya jualan tanah yang baru di tanamin bibit pohon... kalo model pertama ini jadi ingat kasus tanah-tanah yang di jonggol.. dimana jaman pa Harto dulu sempat booming di incar orang... namun belakangan timbul tenggelam ga kedengaran lagi beritanya.. alias harus super hati-hari dalam hal legalitas tanah maupun resiko suatu saat ditinggalkan pengelola kebun yang kita beli. 
"... KKP adalah kependekan dari Kepemilikan Kebuh Produktif, upaya bersama untuk mengambil alih/membeli kebun-kebun yang belum dimakmurkan pemilik sebelumnya – dan menjadikannya kebun-kebun yang makmur...
Model ke-2 yang sangat menarik minat saya adalah konsep KKP nya Pa Iqbal Geraidinar.. yaitu Kepemilikan Kebun Produktif, yang bukan hanya di tujukan untuk mencari segenggam keuntungan namun ditujukan untuk menciptakan pusat-pusat perubahan dalam suatu wilayah, yang modelling nya berkiblat pada JONGGOL FARM dengan pesantren Daarul Muttaqien nya,  orang-orang yang berminat dengan konsep KKP ini rata-rata adalah mereka yang sudah "tersirami" polapikir BeyondBusiness nya pa Iqbal..
 ".. Intinya Anda membeli kebun dimana yang Anda sukai dari pilihan klaster-klaster perkebunan yang nantinya kami tawarkan. Kebunnya adalah hak milik Anda (Sertifikat Hak Milik), tanaman diatasnya adalah pilihan Anda dari pilihan-pilihan yang kami rekomendasikan, pengelolaannya sampai pemasaran hasilnya bisa Anda sendiri atau diserahkan ke kami atau kombinasi keduanya, dan hasilnya kita atur pembagiannya dalam akad syirkah yang adil bagi keduanya".


Mengapa skema-skema berkebun tersebut harus saya temu kenali? Sama saja intinya.. dibalik hitungan angka yang menggiurkan tersebut terselip satu asumsi CETERIS PARIBUS.. alias jikalau semua berjalan dengan menyenangkan, alias dalam dunia nyata tentu tidak seindah aslinya hitungan-hitungan di atas kertas tersebut.....inilah resiko berkebun yang harus kita waspadi bersama..

Minimal dengan mendalami skema-skema investasi bercocok tanam jaman kiwati tersebut, saya bisa punya GrandDesign mana model yang sebaiknya saya bawa ke desa, yang bisa mendatangkan manfaat yang adil kepada semua pihak.... dan tentu saja ujung-ujungnya kembali kata-kata bijak dosen imajiner bergaung..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar