Walaupun 2 anak pertama kami sudah masuk pesantren berbasis BoardingSchool, namun masih ada 4 adek-adek nya akan mengalami masa masa perjuangan di awal nge-Boarding kelak..
Sebuah Kisah dari Facebook ini bisa menjadi bahan sharing kita sebagai Orang tua.... karena masa masa bulan pertama buat anak dan orangtua memang masa masa yang berat... walaupun bukan berarti jika lolos, anak akan tetap betah mondok.. karena ada juga kasus di level tahun ke-2 anak minta pindah sekolah dsb..
Setelah di terima di pondok pun.. kadang 1-3 bulan awal anak masih akan agak gamang apakah kuat stay atau galau minta dipindah... nah.. kiat dari ibunya anak-anak saya ternyata cukup ampuh, mereka di reunikan dgn teman-teman mantan sekolah sebelumnya untuk saling curhat bagaimana pengalaman setelah 1-3 buan masuk pondok.. dan setelah curhat ternyata kisahnya rata-rata sama.. alias anggapan "rumput di sekolah tetangga lebih hijau" jadi sedikit sirna... dan mereka jadi bisa lebih fokus survival di tempat baru nya..
..Bawa Benih Ikan Untuk Di tebar di kolam Pondokan...
Yang Lain Mancing.. Kita tebar Benih.. biar yang mancing hasilnya banyak
Walau Lanjut Level SMA,, tetap saja rasa sedih melanda karena berpisah dengan teman-teman lama
========================================================
Pertama kali dapat kabar di Boarding, Aa sangat
ceria dan aktif. Tiba-tiba semuanya berubah kacau. Aa menangis terus minta
pulang. Hati ibu siapa yang enggak gamang dapat info dari Boarding dan
ditelepon dengar anaknya menangis....
Hari kunjungan pertama datang, maksud hati untuk
menghibur, tapi ternyata kondisinya malah makin hancur. Belum lagi tekanan dari
sana sini mulai muncul, bu kalau anaknya begini terus nanti pengaruh ke yang
lain, bawa pulang aja dulu nanti kalau sudah tenang baru balikin lagi biar gak
ganggu yang lain, nanti yang lain ikutan gitu juga kan repot kitanya.
Ini kali dipaksa ya bu masuk Boarding? Jangan
dipaksa bu, jadinya malah gini. Ini anak dimanja banget kali ya bu? Kalau
dimanja ya susahlah.. malah ganggu yang lain, ada juga yang bilang, udah bu
tinggalkan aja anaknya nanti malah makin aleman.
Berbagai komentar sesama orang tua pun bikin kita
sebagai ibu makin terpuruk.
Sepanjang perjalanan pulang, sepanjang malam
sampai pagi nyari masukan solusi pemecahannya. Kebanyakan masukan, jangan
ditengokin lagi, biarin aja nanti juga lama-lama betah. Gak usah menelepon dan
ditelepon, nanti malah makin sedih anaknya. Jangan kelihatan care nanti dia
malah makin homesick. Tegasin sama anak, kasih ultimatum ancam kalau dia begitu
kita malah gak bakalan telepon atau jenguk apalagi bawa pulang. Berharap
mendapatkan ketenangan ternyata malah semakin bimbang.
Kepala berdenyut, tubuh lemas, dalam sujud dan
doa tak sepatah kata bisa terucap. Cuma cucuran air mata.... tapi Allah pasti
maha tahu apa yang kubutuhkan.
WA seorang teman sedikit menenangkan, “Er.. sabtu biasanya disana jadwal cuma sampai
habis dzuhur. Berangkat pagi, biar dia pulang sudah lihat kamu, itu biasanya
membantu bangun mood dia... “
Tapi ustadz bilang jam 2 baru selesai, aku mau
berangkat habis dzuhur... jawabku
Gak usah ngeyel, berangkat pagi... nanti disana
kamu lihat sendiri bener gak apa yang ku bilang.
Ku coba pertimbangkan untuk mengikuti nasehatnya,
tapi lagi-lagi muncul penilaian negatif dan ucapan menyakitkan jadi hidangan
datang dari orang yang tidak paham apa sebenarnya yang terjadi apalagi solusi
penyelesaian masalah ini.
Akhirnya kuputuskan berangkat pagi sesuai nasehat
temanku. Sepanjang perjalanan padat, rasa lelah yang menghimpit dan tangki
bensin yang tinggal 1 balok membuatku berhenti di pom bensin, lalu kuparkir
kendaraan di masjid yang ada disana. Aku turun dan berwudu untuk menenangkan
hati dan shalat dhuha. Lagi lagi tak sanggup aku meminta kecuali jatuhnya air
mata.
Tiba-tiba ada tangan mengusap punggungku,
istighfar neng.... dengan suara lembutnya... seorang ibu sudah berumur masih
menggunakan mukena, entah kenapa aku malah memeluknya dan menangis di
pelukannya. Tangisanku pecah tanpa kata-kata. Beliau hanya terus menuntunku...
astagfirullahaladzhim... hasbunallah wa ni'mal wakiil... ayo neng... istighfar
katanya sambil memelukku dan mengusap punggungku hingga aku tenang.
Setelah aku tenang beliau bertanya, kenapa neng?
Aku pun bercerita detail mulai bagaimana Aa minta dimasukan pesantren, lalu dia
memilih sendiri Boardingnya, lalu tiba-tiba dia berubah dan berbagai tekanan
yang aku hadapi.
Beliau mendengarkan sambil sesekali mengusap
lenganku....
Lalu beliau bercerita.... anak ibu 7, ibu bukan
orang punya, tapi ibu sama bapak komitmen mau mendidik anak -anak dengan
mengedepankan ahlak. 7 anak ibu masuk Boarding, bukan kaya Boarding sekarang
yang mewah - mewah. Lihat Boardingnya cucu sekarang semuanya serba enak. 7 anak
7 karakter 7 masalah awal masuk Boarding yang beda. Tapi semua sama intinya,
masalah adaptasi dan kangen rumah. Tapi walau inti masalahnya sama, cara
menyelesaikannya jauh berbeda satu sama lain. Anak kita bukan kue yang bisa
pakai cetakan sama nanti hasilnya sama semua. Anak kita manusia yang punya
hati, jangan sampai cetakan orang lain disamain sama cetakan anak kita, karena
anak orang lain pastinya dididik dan dibesarkan dengan cara yang lain juga
dengan anak kita. Terima aja semua masukan, tapi kita paling tau apa yang
memang harus kita lakukan.
Ibu cuma cerita pengalaman ibu aja ya, gak nyuruh
eneng ngikutin dan lakukan yang ibu lakuin, tapi siapa tahu ada yang cocok yang
bisa jadi solusi.
Yang paling tau sifat anak itu ibunya, yang
paling tau gimana menangani anak ya ibunya, jadi dengerin kata hati bukan kata
orang. Karena anak itu buah hati kita bukan buah hati orang lain. Eneng juga
gitu, gak bisa kita nasehatin apalagi nyalahin orang gimana memperlakukan anak
mereka, karena kita gak tau gimana mereka dan gimana kondisi keluarga mereka,
kondisi dan jaman selalu berubah, kehidupan setiap orang juga beda-beda. Kalau
kata orang sekarang yang begitu itu sok tahu...apalagi menilai keikhlasan dan
sikap orang lain, karena ikhlas itu bukan ucapan, bukan apa yang kita lihat
tapi apa yang ada diantara hatinya sendiri dan Allah.
Ibu dulu suka kesal kalau ada yang bilang, ibunya
kali gak ikhlas ngelepasin anak, ibunya kali gak percaya sama Boarding, jadi
anak gak kerasan. Walaupun sebenarnya mungkin niatannya baik tapi kalau ke hati
ibu rasanya lebih ke arah setengah menghakimi. Padahal banyak yang ibunya berat
melepas anak, anaknya happy. Ada yang sangat siap melepas anak, anaknya malah
gak siap.
Kalau menurut ibu omongan omongan itu gak pas yaa
neng...ibunya sudah sedih jauh dari anak malah ditambahin penilaian-penilaian
yang negatif, malah menantu ibu pernah curhat juga dibilang nitip anak ke
pesantren biar bebas berkarir daripada susah cari pembantu.
Cara Mengisi Waktu Luang di Akhir PEkan
# Aug 2016 - Asrama Abu Bakar #
Ibu kadang heran, kalau sesama ibu tapi enggak
bisa berempaty rasanya jadi ibu. Dulu ibu sering selisih paham juga sama bapak,
bapak selalu ngerasa perasaan ibu sama anak berlebihan, apalagi kalau awal
masuk Boarding, biasanya ibu memang konsentrasi ke sana nanganin anak, bapak
suka protes katanya nanti bikin anak jadi makin cengeng. Tapi ibu bismillah aja
neng. Sekarang bapak baru ngerasain buah manisnya apa yang dia tentang dulu.
Jadi apa aja tangisan mereka ibu cuma dengarkan.
Ibu gak tanya kenapa mereka gak betah, kenapa mereka pingin pulang. Ibu cuma
dengar....dengar....dengar...
Dulu telepon pake telepon rumah, lebih mahal
daripada sekarang. Mereka telepon nangis, apapun..ibu dengarkan. Mereka minta
ibu kesana, ibu berangkat ke sana. Mereka minta ibu tungguin, ibu tungguin, ibu
gak pernah menyalahkan anak ibu dengan sikap mereka karena menurut ibu itu
memang hatinya anak, anak.TapI Ibu selalu bilang... ibu capek gak apa-apa...ibu
susah gak apa-apa yang penting kamu jadi orang baik, ibu mondokin kamu bukan
buat hapal hadits, bukan buat ngelotok segala kitab tapi buat nyari bekal kamu
hidup. Kalau kamu sayang sama ibu, pasti kamu gak akan ngecewain ibu... ibu
buat mereka melihat sendiri dan sadar inilah perjuangan ibu. Ibu mau mereka
sadar sendiri tanpa dipaksa berpikir, karena semua yang dari hati lebih mudah
melekat daripada apa yang dari mulut.
Tidak mudah buat Mbak Hafee pindah ke Boarding yg baru..dan melupakan kenangan di sekolah yang lama
#.. ZONA NYAMAN.. #
Banyak orang malah memarahi anaknya, mengatai anaknya
cengeng, menasehati berbisik sambil melotot, ada yang mengancam meninggalkan
anaknya dan tidak akan jemput jika anaknya menangis, kalau ibu gak mau. Apalagi
bilang, ibu sudah mahal-mahal bayar kamu malah mau pulang. Ibu gak mau
membesarkan anak dengan ancaman, membesarkan anak dengan teriakan, membesarkan
anak dengan belalakan mata, memaksa anak bukan mendidik anak. Yang merasakan
mereka. Didik anak dengan hati dan pelukan bukan memaksa mereka mengerti dan
mengikuti apa yang kita inginkan tapi mengajak anak melihat bagaimana kita
sebagai seorang ibu cuma berusaha melakukan apa yang terbaik buat anak-anaknya.
Melakukan....bukan mengucapkan. Nah melakukan nya itu kita sesuaikan dengan
karakter anak kita... 7 anak 7 katakter berbeda neng... katanya sambil
tersenyum dan mengusap lenganku.
Ibu memilih capek dan susah buat ngejaga hati
anak-anak ibu, banyak lulusan Boarding pinter ngaji, hapal hadits, ngelotok
kitab, tapi kehilangan hati, kurang empathy, gampang berucap tanpa hati,
bertindak tanpa hati bahkan memperlakukan anak, istri dan orang tuapun begitu.
Banyak orang tua lupa buat ngejaga hati anaknya
padahal kalau hati baik, maka nanti baiklah anggota badan yang lain. Jika hati
rusak, maka rusak pula yang lainnya. Bukan sekedar masukin anak keBoarding, lepaskan
semuanya.
Jangan kita menangani masa - masa sulit mereka
tanpa jaga hatinya, karena merusaknya mudah memperbaikinya sulit. Jadi seorang
ibu gak musti bisa menyelesaikan semua masalah karena penyelesaian pun
datangnya dari Allah, kita cuma perlu bersikap bagaimana seharusnya seorang
ibu, Itu aja.
Kalau orang tua cuma menunjukan marah, cuma
menunjuk, memaksakan cara kita, memaksakam kehendak bicara tanpa mau mendengar,
lalu bilang nanti juga anak ngerti maksud kita baik, bagi ibu pribadi kurang
pas. maaf mungkin kedengarannya agak kasar tapi kalau menurut ibu seperti tak
ubahnya seperti mendidik dan melatih seekor anjing, dia akan menurut tapi suatu
saat dia malah bisa menggonggong dan menggigit kita. Tapi ya balik lagi ke
masing, mungkin buat sebagian orang cara ini lebih cocok.
Alhamdulillah 7 anak 7 karakter, walaupun banyak
keringat, air mata, menuai ocehan dan penilaian orang dimana-mana tapi semua
bisa dilalui dengan baik. Selalu ada rasa bahagia saat anak-anak mengenang itu
semua dan bilang, ibu kita memang berbeda.... saat mereka mencontoh kita dalam
mendidik anak-anak mereka, itu akan jadi obat penat yang luar biasa.
Jadi ibu, menangis itu biasa..... itu rasanya
jadi ibu.... jangan menyerah neng. Jangan lelah dengan penilaian negatif
siapapun, kadang mereka hadir buat ujian kita, tapi kita harus kuat dan tegar
buat anak-anak. Datangi dan peluk anaknya...dengarkan tangisannya..hingga tak
bersisa sepatah kata tersimpan dihatinya. In sya allah nanti pada saatnya semua
berlalu juga, tapi dia tau dan ingat kita selalu ada untuk mereka katanya
sambil mengakhiri ceritanya.
Entah kenapa, ada rasa lega di dada mendengar
cerita beliau.
Sambil melipat mukena beliau bilang, maaf yaa ibu
cuma cerita pengalaman ibu aja, bukan ngajarin, orang tua sekarang lebih pintar
daripada orang tua dulu, kalau ibu malu nasehatin orang tua sekarang. Mungkin
cerita ibu ada yang gak cocok dengan hati eneng, tapi mana tahu juga ada yang
bisa diambil. Ibu gak bisa nolongin, cuma bisa doain aja....
Aku memeluk beliau.... ibu baik banget, anak ibu
punya ibu yang baik dan hebat... makasih udah berbagi cerita ya bu... In sya
Allah manfaat.
Beliau tersenyum dan melambaikan tangan ke
suaminya ... lalu mereka keluar dari masjid.
Aku tiba di Boarding 5 menit sebelum anak-anak
usai pelajaran. Satu per satu anak-anak datang dan mereka memeluk orang tua
mereka yang sudah datang. Kulihat Aa berlari dan langsung memelukku....
alhamdulillah Ummi udah sampai... dia kembali menangis... kubiarkan dia
menangis.....
Kulihat sekeliling, mereka yang orang tuanya
belum tiba terlihat sedih dan mulai menyendiri, menangis. Satu-satu Ku ajak
mereka berkumpul minum dan makan apa yang kubawa, bercerita, tertawa, hingga
mereka kembali ceria. Dan akhirnya kupahami kenapa temanku meminta ku datang
lebih awal.
Setelah teman-temannya kembali happy, ku ajak Aa
ke tempat sunyi.
Dia kembali menangis...kudengarkan tangisannya
sambil mengajaknya beristighfar....
Setelah dia tenang aku bicara, Aa sedih... Ummi lebih sedih...Aa susah... Ummi lebih susah.... Tapi Ummi gak
apa apa sedih dan susah karena Ummi sayang Aa. Aku ceritakan tekanan dan apa
yang aku hadapi. Rasa khawatirku, perjuanganku agar bisa lebih awal tiba di Boarding.
Dia mendengarkanku dan memelukku.
Aa selalu kangen Ummi, tiap habis shalat selalu
kebayang muka Ummi. Ummi siapa yang jagain kalau sakit, Ummi siapa yang hibur
kalau sedih, Ummi selalu sendirian di rumah….Itu meluncur dari mulutnya.
Ummi ada Allah yang jagain, Ummi gak sendiri...
ada allah... sama... Aa juga disini dijagain allah, Aa juga gak sendirian ada
allah. Sebisa Ummi, sekuat tenaga Ummi, Ummi akan ada buat Aa, kalaupun Ummi
suatu saat gak lagi kuat bisa ada buat Aa, masih ada doa Ummi. Aa jangan
khawatir. Aa boleh telepon kalau di ijinin wali kamar. Aa boleh minta Ummi
kesini, selama Ummi bisa Ummi usahakan.
Tapi Aa belajar disini yaa... sekolah ini udah
Allah pilihkan buat Aa, pasti ini tempat yang terbaik buat Aa belajar.
Tatapan matanya kosong. Tubuhnya lemas, dia cuma
tidur dipangkuanku.
Besok paginya dia telepon, minta dijenguk lagi.
Hari ini wajahnya tak semurung kemarin, kami makan bersama. Dia ngobrol dan
bercanda dengan ayahnya. Tapi sinar wajahnya terlihat layu,..
Ummi.. Aa mual.... Oh.. Aa gak enak badan? Sempat
terbersit pikiran dia mencari alasan pulang. Tapi tiba-tiba terbayang wajah
teduh ibu yang menasehatiku kemarin..yuk Ummi obatin kataku... minum antangin, Ummi
kerokin yaa... dia mengangguk.
Nah... Aa harus bersyukur, jangan lihat susah dan
sedihnya terus. Aa sakit ada Ummi bisa kesini ngurusin Aa, gimana kalau faris
sama fahmi yang dari ambon? Tanyaku...
iya Aa.. kamu jangan sedih yaa...kamu seharusnya
lebih senang dan semangat dari kami. Iya... timpal temannya yang lain, kamu
enak, telepon ibunya datang, saya telepon malah dimarahin...
ayo semangat ya Aa....lihat wajah ibumu itu sudah
wajah lelah tiap hari bulak balik kesini tapi masih saja berusaha menyenangkan
kamu kata temannya. Aa hanya diam.... hitam hitam kerokannya.. lalu beberapa
saat kemudian seluruh isi perutnya terkuras. Lalu dia tertidur sejenak sambil
memelukku.
Ketika bangun wajahnya berubah... terlihat segar
dan ceria... Ummi istirahat aja katanya sambil memeluk dan menciumku. Sepulang
dari shalat aku bersiap pulang... binar matanya menatapku ......Ummi jangan
lupa selasa jadwal telepon Aa. Ummi telepon Aa yaa.... iyaa Aa Insya Allah.
Kalau Aa seneng dan semangat gini Umminya juga seneng. Dia memelukku...
Ummi pulang yaa... dia tersenyum....
Alhamdulillah..... lega rasanya....
Waktunya menata hati dan kembali berusaha
beraktifitas normal, melayani pembeli online melangsing bahagia yang begitu
sabar memahami kondisi saya 1 minggu terakhir.
#Jadi ibu harus kuat
#Jadi ibu harus bijak
#menulis untuk menguatkan,
menyemangati dan mengingatkan diri sendiri
sumber : FB Ibu EI
Syukron jazakallah sharingnya... sedang galau antara masukin si sulung ke pesantren atau smp negeri krn dpt tekanan juga dari eyangnya. Semoga nantinya diberikan kemudahan untuk memilih, aamiin
BalasHapussama-sama .... yg penting anaknya di ajak jalan-jalan saja dulu ..agar bisa mengetahui kondisi di pondok seperti apa dsb
HapusSaya boleh minta contoh soalnya ...heheheh buat bekal anak saya masuk ke sana...buat belajar klo boleh mohon wa ke saya ke no 081397455515....terima kasih....
BalasHapusSaya boleh minta contoh soalnya ...heheheh buat bekal anak saya masuk ke sana...buat belajar klo boleh mohon wa ke saya ke no 081397455515....terima kasih....
BalasHapus