Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar‐benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang‐orang yang meminumnya
(An Nahl 66).
Hukum Ekonomi itu sederhanaSUPPLY vs DEMAND, ... cuma akan jadi pelik kalo barang yg di perebutkan dua pihak itu lagi langka.. misalnya mahluk bernama Es-A-Pe-Ei = SAPI.. !!Dalam kondisi normal seperti sekarang saja sang sapi itu lagi jual mahal.. apalagi nanti saat musim qurban.. entah akan bertengger di angka berapa pricing yg di pajang para bandar qurban kelak..
Pasar Kambing Dadakan @Lapangan PondokGede sebrang Rumah..
Dari iseng-iseng nanya domba yg di pajang para penjual kambing di lapangan PondokGede Bekasi ini.. harga "buat yg lewat", pricing harga dimulai level Rp1,3jt-1,45jt/ekor.. khususnya buat yg bertanduk harga makin mahal... usia ternak kayanya sih masih blm jauh dari 1 tahunan.. karena ngakunya baru pada ABG itu kambing domba.. masih kinyis-kinyis...
Pasar Malam.. Pasar Kambing..Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Nyampur Semua @PondokGede
Begitupula saat Pa Kosimmelakukan survey nun jauh di wilayah Cikamurang sana.. harganya tidak jauh berbeda dari binatang yang jadi penggembalaannya para nabi tersebut... inilah kehebatannya pasar kambing/domba.. sunnatullah nya akan sama.. "1 Dinar = 1 Kambing ", dimanapun anda berada harga nya ga jauh beda... Kalo sekarang rate 1 Dinar di harga Rp 2,2jt,..tinggal kalikan saja brapa omset para bandar kambing tersebut jika mereka punya kambing yang di jual khusus buat keperluan qurban kelak..
Weekly Business Meeting para Bandar's @Lapangan PondokGede Sambil Jemur Kambing sebelum dikirim ke Jagal Pasar
AJIB emang.. soalnya nilai estetika hewan yg akrab dengan pelaksanaan ibadah ini dimana-mana relatif sama.. makin cakep harga makin ga linier,.. jadinya harga pun akan sama.. yang bertanduk akan lebih mahal daripada yg ga bertanduk.. yg tampangnya gagah akan lebih mahal daripada yg loyo dll, persis kaya OPLET SI DOEL di atas yang harganya bisa selangit karena jadi barang antik... .. jadi harga si ternaknya mah default sama ga di desa-ga di kota, .paling beda-bedanya hanya effect masalah ONGKIR .. gitu kali analisa sederhana nya.. wajar pula jadinya kalo pa Kosim lagi tugas bantuin ngirim sapi buat stabilisasi harga daging.. pilihan Truk yang SUPER GALABAG kan bisa menekan ONGKIR..
Survey @Kandang Warga di Cikamurang Area
Dari 2 survey di lokasi yang berbeda ini.. sinyalnya hampir sama.. yaitu harga Kambing/Domba memang ga pernah turun.. kalo saat qurban dulu dengan dana Rp1,3jt saya sudah bisa motong sendiri domba seperti di gambar survey di wilayah Cikamurang ini.. skarang di kandang nun jauh di pelosok Ndeso aja uang segitu yang punya dombanya ga mau ngelepas... @Tesis Rojo_Koyo dalam sistem ternak rakyat.
Stok Kandang Khusus Domba Jantan di SaKaDo-Academy
Program Tebar Qurban dan Tebar Aqiqah buat di potong di Desa.
Nampaknya sih. satu-satu nya cara agar kandang khusus qurban itu bisa full kapasitas memang harus SWASEMBADA dari perintisan pembibitan di kandang sendiri, apalagi jika kondisi harga bakalan ternak sedang mahal-mahal nya akibat hukum ekonomi sedang membentuk Equilibrium Harga yang baru...
Kawin Paksa.......
# Asal Domba-nya sama-sama suka boleh kata pa hansip... #
Doakan saja semoga jurus Rotasi Indukan Buntingyang sedang kita lakukan dari tahun lalu hasilnya tidak mengecewakan.. Hanya dengan SwaSembada.. Kemandirian itu bisa diraih.. kira-kira begitu kesimpulan saya dari hasil iseng-iseng survey pasar di hari jumat merah kemarin...
Persiapan Swasembada Domba @Sep 2012
Oh yah.. selain minat beternak.. mungkin ada pembaca juga yg minat buka bisnis "Hiburan keluarga" yang super murah sebagai "Entrepreneur Dunia Malam" buat kalangan jelata yang ga sanggup ke Dufan .... barangkali reportase dari pasar malam yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal saya bisa menjadi salah satu ide...
"Ma'rifatul Jahilliyah" Kehidupan Malam di Pondok Gede
Yang jelas.. walau tiket arena hiburan di pasar malam ini cuma beriksar Rp5-10rb saja, tapi banyak jiwa yg tertolong dari keluarnya keringat di arena pasar malam ini ... daripada uang anda cuma nginep di bank alias keberkahannya tidak maksimal, mendingan di coba di putar di sektor real yang mungkin bisa lebih mendatangkan kepuasan lahir dan bathin dalam jangka panjang.....
Dufan_Ala_Pantura buat Non_Middle_Class Economy @Lapangan Pondok Gede....
Akibat pelaksanaan kuota impor daging tahun 2012, terjadi
lonjakan harga daging dalam 4-5 bulan terakhir. Untuk mengatasinya,
akan ditempuh berbagai langkah, antara lain melalui tender impor daging
(Kompas, 26/2/2013). Tulisan ini mencoba memetakan masalah
menyangkut ternak atau daging, dikaitkan dengan upaya stabilisasi harga
daging, dan perlu tidaknya kebijakan kuota impor daging.
Sebenarnya
setelah kewenangan Bulog diamputasi pada tahun 1998, ada salah satu
tugas yang belum tertangani secara sistematis, yaitu tugas untuk
menstabilkan harga daging di wilayah DKI Jakarta. Setelah mendapat
mandat pada Sidang Kabinet tahun 1974, Bulog melakukan studi pemetaan
masalah daging/ternak. Kesimpulannya, terdapat gangguan pasokan ternak
pada bulan puasa dan Lebaran, kekurangan sarana angkutan dan tempat
istirahat sapi, dan gangguan pada saat ternak diangkut.
"..Jadi Sejak 1974 loh masalah akut penyebab ketidakstabilan harga daging itu sudah di Temu_kenali..".
Oleh
karena itu, Bulog menjalankan sejumlah langkah :
Pertama, memilih waktu
kapan Bulog harus turun tangan. Melihat karakter pergerakan harga
daging/ternak, maka saat itu dipilih waktu menjelang puasa dan Lebaran
serta menjelang Natal dan Tahun Baru. Dengan demikian, pilihan waktunya
tertentu.
"....Akses jalan raya masih segitu-gitu ajah... makin macet cet.. jadi wajar menjelang Hari Raya, Armada Truk Sapi makin malas dan terbatas kelincahannya dalam nganterin pasokan gara gara si Komo Lewat... "
Kedua, Bulog membangun sarana holding ground atau semacam
"hotel sapi" di Cibitung, Bekasi, untuk tempat istirahat ternak sapi
sebelum dimasukkan ke rumah pemotongan hewan (RPH). Sewaktu
diangkut dari Jawa Tengah/Jawa Timur atau tempat lain, umumnya sapi-sapi
menderita stres dan berkurang beratnya. Untuk itu, sapi-sapi tersebut
perlu diistirahatkan dulu di Cibitung untuk dipulihkan kondisinya.
Keberadaan holding ground sapi di Cibitung sangat membantu pedagang sapi
dan akhirnya berkembang menjadi semacam pasar sapi.
Mungkihkan PeternakanSaKaDo jg menjadi Hotel Sapi ?
Ketiga,
membangun komunikasi dengan para pihak yang berkepentingan, terutama
Direktorat Jenderal Peternakan yang mengelola alokasi ternak yang
diperbolehkan keluar dari suatu provinsi. Hal yang sama dilakukan dengan
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat untuk penyediaan kapal dan gerbong kereta api apabila
terdapat kesulitan angkutan ternak. Selanjutnya, banyak berkomunikasi
dengan Persatuan Pedagang Hewan Indonesia, perwakilan Himpunan Pedagang
Daging, perwakilan RPH DKI (PT Darmajaya), dan sebagainya.
" .... Jika kita punya Kucing Anggora.... beranikah kita menyampurnya dengan Kucing Kampung yg tidak pernah dirawat ? perpindahan penyakit pasti ada resiko nya.. Begitu juga sapi.... Sapi Liar dari daerah Timur bisa jadi membawa resiko dengan sapi -sapi manja yang biasa di pelihara peternak di kandang... "
Keempat,
membuat perencanaan untuk stabilisasi harga daging. Perencanaan yang
dibuat hanya untuk 50 hari, yaitu 40 hari sebelum hari-H dan 10 hari
setelah hari-H. Kemudian dibuat prognosis hari per hari kebutuhan ternak
di DKI Jakarta menjelang puasa/Lebaran dan Natal/Tahun Baru. Setelah
itu dilakukan pemantauan harian atas pemasukan ternak melalui RPH dan
holding ground ternak di Cibitung dan lain-lain.
"... nah ini yg asyik.. program tunda potong untuk stabiliasi harga biar lebaran bisa makan rendang.. "
Masalahnya sampai skarang kandang masih kosong...
terancam ga bisa makan rendang lagi dech..
#... Rendang Kambing enak kali ya.. #
Untuk kelancaran
angkutan ternak terkait pelaksanaan rencana 50 hari tersebut, Bulog
mengeluarkan stiker "Ternak Milik Bulog" yang ditempelkan pada truk
pengangkut ternak. Menurut para pedagang ternak, dampak stiker tersebut
sangat efektif: tidak ada yang berani menyetop truk pengangkut ternak
yang ditempeli stiker tersebut. Cara seperti itu, apabila dilakukan
sekarang ini, mungkin akan ada yang mempersoalkan dari segi hukum. Pada
saat itu cara tersebut sangat efektif untuk mengurangi pungutan di
jalan.
"... Jgn sampai kaya truk kandang kita.. pas pick season malah mogok di tol..... "
Langkah ke depan
Stabilisasi harga daging yang
dilakukan Bulog pada saat itu memang masih terbatas lokasinya, tetapi
mulai pertengahan 1980-an telah dikembangkan untuk Bandung, Jambi,
Palembang, Bengkulu, dan Jayapura. Waktunya mulai ditambah, tidak hanya
menjelang puasa/Lebaran dan Natal/Tahun Baru, tetapi juga menjelang
pemilu, misalnya. Jenisnya pun bertambah, seperti daging ayam potong dan
telur. Awal 1990-an, Bulog juga memantau impor daging beku. Pada waktu
itu pasar modern mulai tumbuh. Bulog melalui koperasi dan PT PP
Berdikari mengembangkan rumah potong hewan modern di Cibitung, rumah
potong ayam di Ciputat, dan peternakan di Sulawesi Selatan untuk
melayani tuntutan konsumen.
Secara umum keadaan sekarang ini
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan keadaan 20 tahun yang lalu, hanya
sekarang masalahnya lebih kompleks dengan berkembangnya pasar modern dan
dominannya impor daging dan ternak. Sebagaimana diketahui, peternak
kita yang hanya memiliki 3-5 ekor sapi berhadapan dengan peternakan yang
memiliki ribuan ternak.
"Karena kita TIDAK MENGETAHUIfaktor kegagalan-kegagalan untuk menjadi peternak, maka kita menganggap KEGAGALAN ITU TIDAK ADA
Pola penjualan petani juga hanya 1-2
ekor, yang berarti biaya pengumpulannya mahal. Belum lagi petani
menghadapi liku-liku para belantik di pasar. Jika tidak dijual melalui
belantik, tidak ada yang menawar. Dalam angkutan ternak juga terdapat
pungutan di berbagai pos penjagaan. Akhirnya semuanya menimbulkan biaya
tinggi. Mereka akan kalah dari peternakan besar, apalagi dari ternak
impor.
".... Dengan kondisi di atas.. hanya yg bermental PAHLAWAN TANPA TANDA JASA yg berani terjun ke bisnis sapi.. "
Setelah tahun 2000, impor ternak dan daging terus tumbuh
dan akhirnya pada 3-4 tahun terakhir sudah mendesak peternak kecil.
Sebagai catatan, di Yogyakarta hingga Idul Adha tahun lalu harga ternak
masih relatif rendah. Untuk hewan kurban setara dengan tujuh ekor
kambing masih dapat dibeli dengan harga Rp 7,5 juta sampai Rp 8,5 juta
per ekor, tetapi saat ini harganya minimal mencapai Rp 11 juta per ekor.
Kenaikan harga daging akhir-akhir ini sangat memukul para pengguna
daging sapi.
Oleh karena menyangkut nasib ribuan peternak kecil
dan ribuan pedagang bakso dan lain-lain, stabilisasi harga daging sangat
diperlukan. Selain itu, daging merupakan sumber protein penting untuk
peningkatan mutu gizi penduduk. Apalagi konsumsi daging saat ini masih
rendah, di bawah 2 kilogram per kapita per tahun. Dari dimensi waktu,
stabilisasi harga daging diperlukan, tidak hanya menjelang bulan
puasa/Lebaran dan hari Natal/Tahun Baru saja, tetapi sepanjang tahun.
Daerahnya pun lebih luas lagi, khususnya non-sentra produksi ternak.
Tender kuota impor
Dengan
akan diubahnya pelaksanaan impor daging dengan cara tender, apakah
stabilisasi harga daging akan terjamin? Kebijakan kuota impor
dimaksudkan untuk mencegah peternak dalam negeri tidak terpukul oleh
impor daging. Untuk itu, jumlah yang diimpor harus diatur agar tidak
memukul peternak kita, tetapi juga tidak terlalu tinggi bagi pengguna
daging. Dengan demikian, yang akan ditenderkan nanti adalah kuota impor
daging.
Di negara tetangga kebijakannya berupa tarif kuota yang
dikombinasikan dengan bea masuk yang dapat naik/turun atau kuotanya yang
fleksibel. Oleh karena kebutuhan daging berjalan sepanjang tahun,
tender atas kuota impor daging harus dapat memenuhi kekurangan pasokan
untuk sepanjang tahun. Karena itu, tender terhadap kuota impor daging
tidak mungkin hanya dilaksanakan dalam satu kali tender dalam setahun,
tetapi minimal tiga kali tender dengan memerhatikan kejadian penting
yang dapat membuat harga bergejolak. Selain itu, untuk membatasi terus
bertambahnya importir daging yang mengikuti tender, disarankan importir
adalah yang memiliki kaitan dengan program peningkatan produksi,
khususnya pembibitan sapi yang merupakan titik terlemah industri
peternakan kita.
".. Ada yg tahu berapa gelintir kira-kira yg bisa masuk syarat di atas..... ? "
Hal yang sama dilakukan untuk importir gula
kristal putih, di mana yang diperbolehkan mengimpor adalah importir
produsen. Sudah barang tentu pelaksanaannya bertahap agar mereka bersiap
diri. Diharapkan yang akan menjadi importir daging adalah bukan
pedagang kelontong yang memperdagangkan izin impor.
Selain itu,
masih ada masalah penting yang belum digarap, yaitu stabilisasi harga
menjelang puasa/Lebaran dan Natal/tahun baru. Permasalahan yang ada
sebenarnya masih mirip dengan yang ditangani Bulog yang lalu, hanya
sekarang faktor impor daging dapat dipakai sebagai penentu. Stabilisasi
harga daging "model Bulog" dulu juga masih relevan, dengan
penyesuaian-penyesuaian tentunya. Sekarang ini pelibatan RPH milik pemda
juga sangat penting sebagai pelaksana stabilisasi harga daging. RPH
tersebut perlu direvitalisasi dan Pemprov DKI Jakarta mampu melaksanakan
tugas sebagai salah satu pelaksana, termasuk untuk membangun holding
ground sapi yang lebih representatif di luar DKI Jakarta.
Masalah
lembaga yang menangani operasional stabilisasi, harga khususnya untuk
menentukan kuota, pemantauan pemasukan impor daging secara hari per hari
dan melaksanakan koordinasi pelaksanaan stabilisasi harga menjelang
puasa/Lebaran dan Natal/Tahun Baru, perlu dipikirkan. Sebaiknya lembaga
yang menangani tidak bias ke produsen, pedagang, dan konsumen. Harga
daging harus memberikan insentif kepada peternak agar bergairah untuk
meningkatkan produksi, tetapi harganya pun terjangkau konsumen.
Sebaiknya
yang mengoordinasikan stabilisasi harga daging dan memantau harga dan
pemasukan impor daging adalah staf yang berada di bawah Menko
Perekonomian. Dulu Bulog dengan jaringan koperasi dan PT PP
Berdikari yang "dikuasainya" berencana akan menuju ke sana, tetapi kewenangan Bulog diamputasi tahun 1998 oleh Dana Moneter Internasional (IMF) #..inilah POLITIK DAGING SAPI yg sebenarnya...#
Dalam jangka panjang, untuk menangani stabilisasi harga daging,
mungkin dapat digerakkan beberapa BUMN dan BUMD, tetapi perlu waktu
untuk pelaksanaannya. Masalah yang mendesak dipikirkan karena sudah ada
di depan mata adalah dalam 4-5 bulan lagi kita menghadapi bulan puasa
dan Lebaran. Apakah kita menunggu harga daging naik lagi di atas Rp
100.000 per kilogram, dan kita semuanya hanya terpesona dengan kasus
korupsi impor daging sapi? Jangan salahkan nanti kalau rakyat marah.
Jadi kalo peternak dan pedagang
daging saja merugi.. jadi SIAPA yg untung dong dalam persapian ini..
?? ini bukan jebakan rambo .. tapi namanya TEKA TEKI RAMBO ....